qodsna.ir qodsna.ir

Tiga Isu Besar dalam Pidato Terbaru Sekjen Hizbullah

Sayid Hassan Nasrullah, Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon Selasa malam menyampaikan pidato mengenai masalah nasional negaranya, termasuk tiga isu besar yang menarik disoroti.

Lebanon selama beberapa bulan terakhir dilanda kerusuhan yang dipicu anjloknya mata uang Lira terhadap dolar. Situasi ini menjadi dasar bagi dilancarkan perang psikologis kubu oposisi internal dan eksternal di Lebanon terhadap Hizbullah dan front perlawanan. Mereka mengklaim  perilaku Hezbullah menjadi penyebab utama tekanan asing, termasuk kurangnya kerja sama Dana Moneter Internasional (IMF) dengan pemerintah Beirut.

Menyikapi masalah ini Sayid Hassan Nasrullah dalam pidato terbarunya memandang situasi ekonomi dan keuangan saat ini sebagai ancaman paling berbahaya terhadap pemerintah dan rakyat Lebanon. Ia percaya bahwa ancaman ini harus diubah menjadi peluang. Menurutnya, Lebanon sekarang adalah negara konsumen, dan ini adalah efek dari tekanan asing terhadap negaranya tersebut. Dia yakin sanksi dapat menggerakkan Lebanon ke arah peningkatan produksi dalam negeri dan memperkuat perekonomiannya menghadapi berbagai tekanan eksternal, sehingga kedaulatan nasional Lebanon terus terjaga.

 

Sekjen Hizbullah dalam pidatonya menyampaikan masalah kebijakan luar negeri Lebanon. Ia mendefinisikan kebijakan luar negeri Lebanon harus disesuaikan dengan situasi domestik negara ini dan ancamannya. Masalah pertama mengenai perlunya memandang ke Timur dalam kebijakan luar negeri Lebanon. Saat ini Lebanon menghadapi sanksi Barat, dan negara-negara Barat yang dipimpin AS berusaha untuk menciptakan dua kutub perpecahan di dalam negeri. Selain konsekuensi ekonomi, pendekatan Barat tesebut memiliki banyak implikasi negatif bagi keamanan nasional Lebanon.

Kebijakan memandang ke Timur adalah strategi realistis yang dapat melayani kepentingan Lebanon. Sebab Timur cenderung tidak seperti blok Barat yang ikut campur dalam urusan internal Lebanon. Di sisi lain, blok timur juga memiliki banyak kemampuan ekonomi dan teknis untuk mengurangi masalah perekonomian Lebanon. Melihat ke timur dari sudut pandang Sayid Nasrallah bukan berarti mengabaikan dan melakukan pemutusan hubungan dengan Barat. Ia menegaskan, "Di luar dari rezim Zionis, Lebanon bisa menjalin hubungan dan kerja sama dengan negara-negara Barat sesuai kebutuhannya,".

 

Masalah kedua yang disoroti Nasrullah dalam pidato terbarunya mengenai independensi dalam kebijakan luar negeri Lebanon. Faktanya, salah satu alasan utama ketidakpercayaan Sekretaris Jenderal Hizbullah terhadap Amerika Serikat adalah pengabaian Washington terhadap kedaulatan Lebanon. Dorothy Shea, Duta Besar AS untuk Beirut ikut campur dalam urusan keuangan dan ekonomi Lebanon melalui pertemuan dengan para pemimpin beberapa faksi politik Lebanon dan menghasut mereka melawan pemerintah Beirut supaya membubarkan kabinet yang berkuasa saat ini. 

Sayid Nasrullah menyebut intervensi AS tersebut demi mendukung rezim Zionis. Ia juga mengeluarkan peringatan keras kepada Duta Besar AS di Beirut bahwa kebijakan AS untuk melumpuhkan Lebanon justru akan melemahkan sekutu serta pengaruh Washington di Lebanon, dan sebaliknya akan memperkuat Hizbullah bersama front perlawanan.

Masalah ketiga yang dikemukakan Nasrullah dalam pidatonya mengenai urgensi memperhatikan masalah Palestina. Kesibukan negara-negara Muslim, termasuk Lebanon dalam menagani urusan internalnya dirancang supaya melupakan masalah Palestina. Tentu saja rezim Zionis mengambil keuntungan dari situasi ini demi mengejar plot pendudukannya, termasuk rencana untuk mennganeksasi Tepi Barat.

Sekjen Hizbullah Lebanon memandang rencana untuk menduduki Tepi Barat sebagai masalah paling berbahaya dunia Islam saat ini, dan menekankan keterlibatan Lebanon di dalamnya. Penanganan situasi ekonomi domestik tidak boleh mengabaikan dukungan terhadap Palestina dan melawan plot aneksasi Tepi Barat.