Friday 19 April 2024 
qodsna.ir qodsna.ir

Iran-China 25 Year Deal, Awal Aliansi Strategis Singa dan Naga

Mehdi Poursafa, kolomnis dan analis Iran mengutarakan pendapat-pendapatnya terkait Kesepakatan 25 Tahun Iran-China. Berkas-berkas awal kesepakatan ini telah disetujui dan diumumkan secara resmi oleh jubir pemerintah, Ali Rabiei pada 23 Juni 2020 lalu. Inisiatif ini disambut oleh sejumlah media dalam negeri dan disebut-sebut sebagai ‘awal aliansi strategis Singa (Iran) dan Naga (China)’.

Namun, dalam artikelnya, Poursafa menyayangkan keterlambatan Iran dalam meneken kerjasama dengan poros kekuatan Timur tersebut. Hal ini dikarenakan pemerintahan reformis pimpinan Hasan Rouhani lebih melihat ke dunia Barat. Dimana ternyata menjalin hubungan dengan Barat tidak membuahkan hasil.

Sejauh ini, Iran dan China belum memiliki kerjasama yang serius di berbagai sektor. Poin-poin persekutuan Iran dan China hanya berkutat di persoalan dagang dimana China membeli minyak Iran dan Iran mengimpor barang-barang dari China serta beberapa urusan diplomatis. Poursafa mengindikasikan adanya prejudikasi dan kesalahpahaman antara kedua negara sehingga kerjasamanya hanya terbatas pada sektor-sektor tersebut.

Poursafa membandingkan negaranya dengan negara tetangga, Pakistan, yang telah lebih dahulu menggaet tangan China dan menikmati hasil kerjasama konstruktif dengan Beijing. Pakistan dilibatkan di salah satu proyek besar China yang diyakini akan mengubah peta strategis dunia, yaitu megaproyek One Belt-One Road. Megaproyek ini akan menelan anggaran sebesar USD 53 milyar.

Baca juga: Iran: Perpanjangan Sanksi Senjata untuk Iran Melanggar Resolusi PBB

Proyek ini akan menyatukan beberapa negara mulai dari China ke Asia Tengah lalu terus ke Barat (melewati Teheran) hingga menuju Eropa, kemudian masuk ke Afrika melalui jalur maritim masuk ke Sri Lanka, India, Asia Tenggara (termasuk Indonesia) sebelum akhirnya kembali lagi ke China.

Dengan ditandatanganinya draf Iran-China 25 Year Deal, Poursafa menilai Iran telah mengambil langkah yang tepat. Hanya saja langkah ini tentu akan membangkitkan amarah Negeri Paman Sam. Kondisi internal Iran juga diyakini akan mengalami disrupsi serius saat banting setir dari Barat ke Timur ini mulai diterapkan nantinya.

Tapi Poursafa tetap optimis. Pasalnya, jika kerjasama dengan China di sektor energi terjalin, Iran dapat menjamin keamanan energinya. Apalagi setelah kesepakatan energi 3 negara Iran-China-Rusia di Chabahar. Buah yang paling mungkin akan dinikmati Iran nantinya adalah dukungan kuat China terhadap Iran di Dewan Keamanan PBB dan Badan Energi Atom Dunia (IAEA).

Skenario ini bisa jadi tidak berjalan lancar. Amerika selain akan menjatuhkan sanksi-sanksi baru, juga akan menggiring opini masyarakat untuk melawan kesepakatan ini dari dalam sebagaimana yang John Kerry saat Iran menjalin kerjasama dengan Rusia. Poursafa berpesan kepada rakyat Iran untuk berhati-hati dalam menerima informasi terutama yang memainkan emosi dan menyudutkan hubungan Iran-China di saat yang bersamaan.




Users Comments

Videos

Qods News Agency


©2017 Kantor Berita Qods. All Rights Reserved