qodsna.ir qodsna.ir

Pro-Zionis Biden Diprediksi Maju Menantang Trump di Pilpres AS

Kaukus dan primaries (pemilihan pendahuluan kandidat Presiden Amerika Serikat) saat ini sedang memasuki fase krusial. Biden berhasil melakukan comeback di ajang Super Tuesday pasca tersungkur di kaukus Iowa. Tak pelak, Biden yang diprediksi akan mengungguli rivalnya Bernie Sanders dalam primary di negara-negara bagian yang tersisa.

Terkait isu Zionis, Biden pernah mengungkapkan bahwa dirinya pun seorang Zionis. “Saya adalah seorang Zionis. Anda tidak harus jadi Yahudi dulu untuk menjadi seorang Zionis,” ujar Biden pada April 2007 silam sesaat sebelum ia dipilih untuk menjadi pendamping Obama dalam pilpres 2008 AS. Meski begitu, Biden tidak terlalu menampakkan posisinya terkait Israel dalam kontestasi ini.

Berbeda dengan Trump dan Sanders. Trump menjadikan dukungan kepada Israel sebagai titik konsentrasi agenda politik luar negerinya semenjak duduk di Gedung Putih. Trump bagai jin lampu ajaib yang menuruti semua keinginan Israel bahkan jika harus melawan hukum internasional sekalipun.

Di sisi lain, Sanders justru menjadi kebalikan yang kontras dari Trump. Walaupun ia seorang Yahudi, Sanders justru berjanji akan membantu warga Palestina untuk mengembalikan harga diri serta memperjuangkan hak-haknya. Sanders juga menegaskan akan meninjau ulang kebijakan AS yang Israel-sentris bahkan akan menghentikan dukungan finansial untuk rezim Zionis tersebut.

Masyarakat Amerika Serikat mengidamkan pesta demokrasi yang menyajikan dua figur dengan ide-ide yang kontras dan representatif. Publik Demokrat secara khusus justru menginginkan figur alternatif yang dapat mengimbangi administrasi Trump yang ekstrem tersebut.

Meski tak terlalu nampak, setidaknya dari rekam jejak Biden terkait Israel dapat diketahui di blok mana ia berada dan akan seperti apa kebijakannya mengenai Israel. “Namaku Joe Biden dan semua orang tahu bahwa saya mencintai Israel,” ujarnya dalam pembukaan pidato pada Perayaan Hari ‘Kemerdekaan’ Israel di Yerusalem April 2015 silam.

Terkait Kedutaan Besar Amerika Serikat yang dipindahkan administrasi Trump dari Tel Aviv ke Yerusalem, tim kampanye Biden menyatakan sikap mendukung. Saat ditanya apakah Biden akan mengembalikan Kedubes AS ke Tel Aviv, tim menjawab : “Wapres Biden tidak akan memindahkan Kedubes AS ke Tel Aviv…”

Dalam wawancara Wall Street Journal pada 31 Oktober 2019 lalu, Biden ditanya soal gagasan Sanders yang akan menarik dukungan militer AS dari Israel apabila Israel tidak mengubah sikapnya terkait pembangunan pemukiman ilegal. Biden menjawab bahwa gagasan tersebut berlebihan. Biden bahkan tak memberikan syarat apapun atas bantuan militer AS untuk Israel.

Puncaknya adalah pidato Biden dalam pertemuan lobi Israel pada awal Maret 2020. Biden mengemukakan bahwa persoalan Israel adalah persoalan ‘diatas politik dan melebihi politik’.

“Orang Israel menghadapi ancaman nyata dari roket Gaza saat baru membuka mata di setiap pagi hari, seperti minggu lalu… karena itu saya selalu bersikeras berpendapat bahwa Israel harus bisa mempertahankan dirinya. Keadaan ini tidak hanya kritis untuk keamanan Israel tapi juga -saya yakin- untuk keamanan Amerika Serikat,” terangnya.

Biden menyeru Gaza untuk berhenti meluncurkan serangan roket ke Israel. “Mereka harus menerima kenyataan dan hak keamanan demokratis serta juga menerima negara Yahudi Israel di Timur Tengah,” tukasnya.

Dari sini dapat dipahami bagaimana sikap Biden terkait Israel. Meski tak menawarkan gagasan alternatif terkait Israel (karena Trump juga pro-Israel), jalan Biden ke pertarungan November 2020 diyakini akan lebih lempeng ketimbang Sanders yang kontra dengan Israel.

Jika Biden benar-benar memenangkan kandidasi Presiden dari partai Demokrat, maka di atas kertas masyarakat Amerika Serikat tidak memiliki alternatif Trump terkait isu Israel. Baik Biden maupun Trump, kedua-duanya akan mengusung kebijakan pro-Israel.