Friday 29 March 2024 
qodsna.ir qodsna.ir

Situasi Tidak Terkontrol, Rasis Rezim Zionis Terbukti Nyata

Arabi21 meliput sebuah makalah berjudul “Demo Yahudi Ethiopia dan Jalan Buntu Israel”. Demo Yahudi Afrika Ethiopia menegaskan bahwa rasisme rezim Zionis tidak dapat dipungkiri. Saat ini situasi Israel tidak berjalan sesuai keinginan rezim, baik situasi di dalam maupun di luar.

“Demo warga di Palestina terjajah semakin panas. Demo tersebut dipimpin Yahudi Ethiopia, yang dengan nama lain disebut Beta Israel. Mereka protes karena kebebasan seorang polisi pembunuh pemuda 18 tahun Yahudi Ethiopia. Demo semakin panas dan demo ini menjadi sejarah baru rezim Zionis”, tulis Arabi21.

 

Para pendemo menyebut pembunuhan pemuda 18 tahun adalah bentuk rasisme. Demo menyeluruh dan menyebabkan penutupan beberapa jalan di berbagai kota. Mereka menuntut sebuah reformasi sosial. Instabilitas dan kekerasan ini tentu mengkhawatirkan rezim Zionis dan takut kontrol keluar dari tangan kuasa.

 

Yang paling  mengkhawatirkan adalah demo sudah sampai di Tel Aviv. Demo juga terus berlangsung selama 3 hari berturut-turut di kota Haifa, kota pariwisata dan ekonomi Israel.

 

Jelas pendemo bukan hanya menuntut hukum atas pembunuh, tapi mereka juga menuntut hak dan mengubur politik rasis, khususnya mereka yang datang dari Afrika dan warna kulit menjadi sumber petaka rasisme di dalam Yahudi.

 

Apakah Piramida Sosial Yahudi Lemah?

Sebagian analis politik mengamati bahwa ada banyak pertanyaan tentang instabilitas dalam tubuh rezim Zionis. Masalah yang lebih besar tidak terbatas pada sebuah demo, tetapi demo ini telah membangun sebuah keyakinan adanya goncangan dalam sosial Israel. Masalah dalam negeri telah menguncang dan pembunuhan terhadap seorang pemuda Ethiopia membuktikan adanya jurang sosial rezim Zionis dan menunjukkan bahwa Yahudi Ethiopia menghadapi krisis sosial karena warna dan etnis.

 

Ombak demo dalam tubuh Zionis ini telah mengecewakan para analis politik Yahudi, pemuja yang terus mengagungkannya dan para pihak yang sangat berhasrat normalisasi hubungan dengan mereka. Dalam pandangan pihak-pihak ini, Israel adalah kaum beradab yang menghormati warga dan memiliki budaya serta adat yang mengakar.

 

Analis Yahudi seperti Edy Cohen beserta kawannya, Jubir militer Zionis, mengakui Israel sebagai bangsa dengan peradaban maju, yang menggratiskan fasilitas dokter gigi kepada anak-anak. Faktanya mereka mencabut nyawa pemuda Yahudi Ethiopia, melarang mereka untuk mendapatkan pendidikan di beberapa sekolah dan mereka juga tidak boleh menjadi pegawai negeri di beberapa bagian. Dengan kata lain mereka terpinggirkan, mereka tidak mendapatkan hak sebagaimana Yahudi lainnya.

 

Beta Israel bukan hanya seorang Yahudi Ethiopia yang bersedih menghadapi kenyataan pahit ini, tetapi mencakup juga Yahudi etnis Timur yang suaranya menggema menolak politik rasis rezim Zionis.

Israel adalah satu rezim yang membuang darah donor ke tempat sampah, karena pendonor adalah seorang Yahudi Ethiopia. Adalah rezim yang menentang kedatangan etnisnya sendiri yang dari Ethiopia dengan alasan pembawa penyakit menular.

 

Si penulis makalah bertanya, bukankah Golda Meir, PM Israel sebelumnya, yang menolak kedatangan Yahudi Ethiopia? Dengan alasan bahwa hukum pemulangan tidak mencakup mereka, karena mereka Kristen. Bukankah statistik pengangguran Yahudi Ethiopia tahun 2005 mencapai 65%? Bukankah Yahudi Ethiopia hidup terpisah di daerah lain dari Yahudi Sephardi dan Yahudi Ashkenazi? Inilah rasisme rezim Zionis yang dihadapi keturunan bahkan etnis Yahudi imigran untuk hidup di Palestina terjajah.

 

Apakah Rezim Mampu Mengontrol Situasi?

Yang berfikir bahwa demo saat ini akan cepat terlupakan dengan dampak sedikit, maka Ia salah mengamat. Jantung stabilitas Zionis terpukul, karena rasisme sudah terbongkar. Oleh karena inilah, Netanyahu, PM Israel, mengajak pendemo untuk menahan diri dan tidak mendorong rezim untuk bersikap lebih. Dewan juga menuntut jalan keluar Beta Israel, bahkan mereka menuntut konferensi dengan para Menteri untuk menyelesaikan masalah minoritas ini.

 

Yang jelas adalah baik demo ada atau tidak, ataupun polisi mampu mengontrol situasi, faktanya adalah rasisme di dalam tubuh rezim penjajah tidak dapat dipungkiri. Dan saat ini, situasi, baik di dalam mupun di luar, tidak sesuai dengan hasrat rezim.

 

Sumber: Beritadunia




Users Comments

Videos

Qods News Agency


©2017 Kantor Berita Qods. All Rights Reserved