Revolusi Indonesia 4.0 dan Lapangan Kerja Baru
Sebelumnya, sektor industri Indonesia telah memasuki era baru yang disebut revolusi industri 4.0. Hal ini dimulai sejak Presiden Joko Widodo meresmikan peta jalan atau roadmap yang disebut Making Indonesia 4.0.
Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, menyatakan, lewat peta jalan tersebut, penciptaan lapangan kerja dapat disumbang hingga mencapai 17 juta orang. Ini menjadi kesempatan emas bagi sumber daya manusia (SDM) Indonesia untuk bekerja dibeberbagai sektor industri.
"Menghadapi revolusi ini, peluang terciptanya lapangan kerja baru sampai 2030 itu bisa 17 juta. Dari situ, 4,5 juta dari sektor manufaktur, 12 juta service related turunan manufaktur. Jadi otomotif ada perbengkelan. Komputer ada operator," kata Airlangga Desember tahun lalu, saat ditemui di The Ice Palace, Lotte Shopping Avenue, Kuningan, Jakarta Selatan.
Airlangga mengatakan, meski telah memasuki babak baru industri 4.0, tapi beberapa industri pada sebelum-sebelumnya tidak juga dilupakan begitu saja.
"Jadi Indonesia mungkin salah satu negara yang bergerak paralel dari revolusi industri 1,2,3, 4. Kita pilah industrinya. Misalnya industri kecil menengah seperti kerajinan dan tenun itu bukan pakai mesin. Jadi pemerintah punya keberpihakan di sana," kata dia.
Airlangga juga menekankan agar masyarakat bisa memanfaatkan bonus demografi yang diperkirakan hingga mencapai 2030 mendatang. Sebab, selain revolusi industri 4.0, bonus demografi juga akan menjadi penyumbang pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.
"Berdasarkan pengalaman negara lain, pada saat mencapai bonus demografi, pertumbuhan ekonomi bisa paling tinggi karena usia produktif lebih banyak dari usia pensiun. Sedangkan mereka yang bonus demografinya lewat di Jepang, Singapura, dan China, pertumbuhannya melambat. Ini kesempatan kita Indonesia buat kita pacu," ujar dia.
Sementara itu, Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) menegaskan bahwa revolusi industri 4.0 tidak bisa dihindari. Namun dengan banyaknya jumlah tenaga kerja di Indonesia maka penerapannya harus hati-hati.
Seperti diketahui, industri 4.0 mendorong industri menerapkan robotisasi dan automatisasi dalam proses produksi.
"Jadi kita dalam menerapkan juga automation robotic juga harus hati-hati. Automation susah dihindari karena itu merupakan bagian dari perindustrian. Ya kita jalanin aja," kata JK dalam acara bertajuk Kesiapan Tenaga Kerja Indonesia di Grand Sahid Jaya, Jakarta (14/1/2019).
Jusuf Jalla juga menjelaskan meski ada beberapa lapangan pekerjaan yang hilang karena diambil alih oleh robot, namun akan ada juga lapangan kerja baru yang tercipta.
Dia mencontohkan, dulu sebelum ada telepon genggam atau Handphone (HP) wartel banyak menjamur dimana-mana. Namun begitu semua orang sudah memilik HP perlahan wartel mulai menghilang.
Menghilangnya wartel ternyata memunculkan jenis usaha baru yaitu para penjual pulsa. "Ya otomatis akan terjadi begitu semua orang beli handphone tidak ada wartel lagi, yang ada hanya penjual pulsa," ujarnya.
Dengan adanya revolusi industri, JK berharap akan ada pengembangan usaha di sektor lain yang mampu mewadahi banyak tenaga kerja.
"Ya kalau semua robotic siapa yang bekerja. Kalau tidak ada yang bekerja siapa yang mau jadi konsumen? Pendapatan tidak ada. Maka harus di-create (diciptakan) produktivitas yang lain. Di bidang pertanian di bidang apa dan sebagainya. Jadi kita membuat automation yang dapat menimbulkan job baru," tutupnya.