qodsna.ir qodsna.ir

Penyeberangan Rafah, Titik Konflik baru Fatah dan Hamas

Otorita Ramallah Palestina menyatakan menarik personilnya dari jalur penyeberangan Rafah.

Kantor Berita Qods (Qodsna) - Jalur penyeberangan Rafah terletak di perbatasan Gaza dan Mesir. Jalur penyeberangan ini sangat penting bagi warga Palestina. Rezim Zionis Israel sejak tahun 2007 hingga kini memblokade total Jalur Gaza. Di kondisi seperti ini, jalur penyeberangan Rafah menjadi satu-satunya penghubung Jalur Gaza dengan dunia dan jalur tunggal untuk mengirim makanan serta obat-obatan ke kawasan ini.

 

Di sisi lain, pemerintah Mesir sejak Juli 2013 menutup jalur penyeberangan Rafah dan hal ini memicu eskalasi represi terhadap dua juta warga di Jalur Gaza serta kemunculan tragedi kemanusiaan di kawasan ini.

 

Represi ketiga tergadap warga Gaza datang dari Otorita Ramallah. Otorita ini karena terlibat friksi politik dengan Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) selain menjatuhkan hukuman massal dan sanksi terhadap Gaza, secara praktis mengekor kepada Israel dan Mesir dalam menekan warga Jalur Gaza.

 

Amira Hass, jurnalis Israel Maret 2017 dalam sebuah artikelnya yang dimuat di Koran Haaretz secara transparan mengisyaratkan hal ini bahwa Otorita Ramallah Palestina komitmen menjaga keamanan Tel Aviv. Statemen ini menjelaskan friksi antara Hamas dan Fatah.

 

Kali ini friksi antara Hamas dan Fatah semakin sengit dengan fokus jalur penyeberangan Rafah. Berdasarkan kesepakatan yang diraih September 2017 dengan mediasi pemerintah Mesir, Hamas menyerahkan kontrol Rafah kepada Otorita Ramallah dan kelompok Abbas ini menempatkan personilnya di jalur penyeberangan tersebut.

 

Meski demikian isu seperti gaji pegawai di Jalur Gaza yang tidak dibayar mendorong sejumlah personil Otorita Ramallah serta sejumlah kantor yang berafiliasi dengan organisasi ini di Gaza serta Rafah diserang sejumlah pegawai. Meski Hamas menyerahkan urusan administrasi Gaza kepada Otorita Ramallah, namun pemerintahan pimpinan Mahmoud Abbas ini melanggar kesepakatan dengan Hamas yang ditandatangani September 2017, dan dengan berbagai alasan mereka kerap melemparkan tudingan kepada kubu Hamas.

 

Contoh nyata adalah baru-baru ini Otorita Ramallah melemparkan tudingan baru kepada Hamas bahwa kelompok muqawama ini menangkap ratusan anggota Fatah. Departemen urusan internal Gaza langsung menepis tudingan tersebut dan menyatakan bahwa hanya 38 pegawai lokal Fatah yang dipanggil untuk menjaga keamanan kawasan.

 

Di sisi lain, Otorita Ramallah dengan dakwaannya tersebut menarik parsonilnya dari Rafah hingga pengumuman berikutnya. Langkah Otorita Ramallah ini juga akan mendorong pemerintah Mesir kembali menutup jalur penyeberangan Rafah dan dengan demikian tekanan terhadap rakyat Gaza akan semakin besar.

 

Koran The Times of Israel menulis, langkah Otorita Ramallah ini meningkatkan potensi besar penutupan penyeberangan Rafah dan diprediksikan Mesir juga akan merespon tindakan tersebut dengan menutup jalur penyeberangan ini.

 

Poin terakhir adalah Otorita Ramallah ketika menabuh genderang perpecahan dan friksi dengan Hamas, Israel dengan bantuan pemerintah Amerika dari satu sisi melanjutkan pendudukannya terhadap bumi Palestina dan dari sisi lain menumpas aksi damai warga Palestina (Pawai Hak Kepulangan). Sampai saat ini lebih dari lebih dari 250 warga Palestina gugur di aksi damai ini dan lebih dari 26 ribu lainnya terluka.