qodsna.ir qodsna.ir

Blunder Baru Trump di Suriah

Sekitar delapan tahun sejak awal perang pecah di Suriah, AS bersama sekutu Barat dan Arab menempatkan pasukannya di Suriah untuk mewujudkan ambisinya menggulingkan pemerintahan berdaulat Suriah, tapi hingga kini tidak berhasil.

Keputusan Presiden AS, Donald Trump belum lama ini untuk menarik pasukan AS dari Suriah menunjukkan arah baru kebijakan Washington dalam masalah Suriah. Tapi langkah tersebut memicu reaksi keras dari berbagai kalangan di AS sendiri. Ujungnya, Trump kembali melakukan zig-zag dengan mengulur tenggat waktu penarikan pasukan dari 30 hari menjadi 120 hari.

 

Pada 2 Januari 2019, Trump kembali menyampaikan statemen kunci mengenai masalah Suriah. Menurutnya, meskipun pasukan AS ditarik dari Suriah, tapi Pentagon akan tetap melindungi Kurdi Suriah.

 

Tampaknya, Trump sedang mencari alasan lain untuk merevisi kebijakannya yang menyulut polemik di kalangan pejabat tinggi AS, termasuk dari anggota kongres negara ini. Sebelumnya Trump menyatakan bahwa pasukan AS harus segera ditarik dari Suriah karena telah berhasil memenangkan pertempuran dengan kelompok teroris Daesh. Kini, isu tersebut dialihkan dengan dalih mendukung Kurdi Suriah.

 

Washington selama beberapa tahun terakhir menempatkan pasukannya di wilayah utara dan tenggara Suriah bersama milisi Kurdi dengan alasan menumpas teroris Daesh.

 

Koran New York Times dalam editorialnya pada 19 Desember 2018 lalu menulis, keluarnya AS dari Suriah menyebabkan pasukan Kurdi akan menjadi salah satu pecundangnya.

 

Masalah dukungan terhadap Kurdi Suriah juga disampaikan para pemimpin negara Eropa. Presiden Perancis, Emmanuel Macron dalam kontak telpon dengan sejawatnya dari Rusia, Vladimir Putin hari Rabu menegaskan pentingnya menjaga pasukan koalisi di Suriah, terutama pasukan Kurdi.

Istana Elysee dalam statemenya menyatakan bahwa presiden Perancis menekankan urgensi menjaga hak rakyat lokal, dan mempertahankan pasukan koalisi terutama pasukan Kurdi yang penting untuk menghadapi kelompok teroris.

 

Pihak oposisi Gedung Putih menilai keputusan Trump menarik pasukan AS dari Suriah sebagai keputusan keliru besar yang tidak mempertimbangkan kepentingan AS.

 

Derasnya gelombang kritik terhadap Trump membuat presiden AS ini melakukan zig-zag baru dengan menunda waktu penarikan pasukan AS. Di sisi lain, Trump juga mengatakan bahwa penarikan pasukan AS tersebut tidak akan melepaskan dukungan perlindungan terhadap Kurdi Suriah. Selain itu, Presiden AS ini sebelumnya juga mengungkapkan bahwa operasi militer di Suriah bisa dilakukan dari Irak. Tampaknya, masalah ini akan menjadi blunder bagi Trump yang akan diikuti dengan zig-zag barunya.