Friday 26 April 2024 
qodsna.ir qodsna.ir

Menanti ‘Anak Ajaib’ Rezim Zionis

Dalam kaca mata strategi rezim Zionis, situasi terkini seperti wanita hamil yang sedang menunggu waktu kelahiran. Mereka menanti kelahiran ‘anak ajaib’ penyelamat Zionis dari Mukawamah (dari) Irak hingga Libanon dan Yaman hingga Palestina di semua bidang.

Kantor Berita Qods (Qodsna) - Saat ini PM Benjamin Netanyahu sedang menghadapi sebuah ujian teramat suram baik di dalam maupun di luar. Keributan di Gaza telah berdampak buruk bagi rezim Zionis, yang berakhir pada pengunduran diri Avigdor Lieberman dari jabatan Menteri Pertahanan.

 

Dari luar, beberapa waktu yang lalu PBB telah mengeluarkan 8 resolusi yang tak sedap bagi Israel. 1-7 resolusi memihak Palestina dan membela HAM penduduk yang terinjak. Sedangkan resolusi ke-8 menuntut Israel agar turun dan mundur dari dataran tinggi Golan yang sudah mereka jajah sedari tahun 1967.

 

Pasca mundurnya Lieberman, PM Benjamin Netanyahu harus menghadapi ancaman keruntuhan Kabinet, walaupun berhasil keluar dengan cara semu. Indikasi pemilu diselenggarakan lebih cepat masih terbuka, tepatnya ketika satu anggota Knesset partai penguasa keluar. Saat ini, semua partai oposisi bersatu untuk menggulingkan PM Benjamin Netanyahu. Ditambah situasi tak enak ekonomi dan pintu perang yang terus terbuka telah mengundang kerisauan penduduk Yahudi. Beberapa hari yang lalu, kejaksaaan Israel mengeluarkan surat penyelidikan kasus PM Benjamin Netanyahu beserta sang istri. Semua ini telah mendesak PM Netanyahu untuk merenungkan jalan pelarian.

 

Mukawamah Palestina juga ikut melengkapi krisis Israel. Gerakan bom bunuh diri dari para Mujahidin telah menambah tekanan Kabinet rezim Zionis.

 

Di Kawasan, rezim Zionis tidak mampu menjaga keseimbangan kekuataan dengan Mukawamah, khususnya Mukawamah Libanon. Dalam hal ini, PM Benjamin Netanyhu hanya bisa merekomendasikan operasi ‘Perisai Utara’. Itupun hanya untuk merubah sedikit arah pandangan masyarakat Yahudi agar lebih stabil.

 

Tentang Suriah situasi juga tidak terlalu berbeda. Dataran tinggi Golan menghadapi krisis dalam bulan-bulan terakhir. Rezim Zionis gagal beroperasi penuh di wilayah tersebut. Selain itu, semakin dekat waktu kekalahan teroris di Suriah, (maka) situasi Zionis akan semakin sempit dan tertekan.

 

Satu hal lagi yang juga menambah desakan atas PM Benjamin Netanyhu adalah krisis yang dihadapi sekutu abadinya, Mohammad bin Salman. Kini PM Benjamin Netanyahu tidak memiliki teman pendukung proyek normalisasi Irael-Arab. Sebuah proyek yang seharusnya menyelamatkan PM Benjamin Netanyahu di depan Kabinet sekaligus kunci politik dalam negeri.

 

Kendati Putra Mahkota Mohammad bin Salman berusaha mendukung proyek normalisasi hubungan Israel-Arab.  Tetapi situasi tidak mendukungnya untuk membawa proyek AS-Israel lebih ke depan. Putra Mahkota Saudi lebih fokus pada krisis Yaman, kasus Khashoggi dan isolasi internasional atasnya.

 

Begitu juga dengan Presiden Donald Trump. Krisis dalam negeri AS mengikat Presiden Donald Trump, demikian juga etika arogannya.

 

Kekhawatiran rezim Zionis tentu lebih besar dari yang digambarkan di atas. Perubahan peta perang Yaman terus berjalan. Satu hal yang menjadi sumber persatuan Mukawamah baru. Hampir sama dengan Hizbullah Libanon. Dengan satu perbedaan mencolok, Mukawamah Yaman berada di sebuah daerah strategis jalur Bab al-Mandeb. Setiap saat mereka bisa berperan sangat penting lebih dari Hizbullah.

 

Ansharullah Yaman telah menulis perlawanan atas Israel, Amerika Serikat serta Arab Saudi dalam buku agendanya. Selain itu, serangan Arab Saudi telah membangkitkan kemarahan masyarakat negara tetangga sehingga menciptakan satu faktor baru untuk perkembangan gerakan Mukawamah.

 

Atas fakta inilah pernyataan-pernyataan petinggi Saudi dan Israel menandakan upaya mereka untuk menghancurkan akar Mukawamah Hizbullah kedua di Yaman, yaitu Ansharullah. Salah satunya pernyataan Khalid bin Salman, Duta Saudi di Washington. “Arab Saudi tidak akan membiarkan Hizbullah kedua tercipta di Yaman”, jelasnya.

 

“PM Benjamin Netanyahu menghadapi krisis dari tiga arah. Pertama selatan Libanon. Hizbullah lebih maju dari tahun-tahun sebelumnya. Kedua dari Suriah, militer Suriah terus menang atas teroris berkat bantuan Iran. Dan ketiga adalah jalur Gaza dan Tepi Barat Palestina, mukawamah bersenjata terus bertambah di dua wilayah tersebut. Dalam serangan terakhir kemaren, mereka mampu mendesak dan memaksa Israel untuk mundur karena rudal mereka mengancam kota Tel Aviv dan Haifa”, jelas Abdel Bari Atwan, analis urusan Timur Tengah, dalam tulisannya.

 

Taktik Zionis untuk Keluar dari Krisis

Perkembangan Mukawamah telah menekan rezim Zionis lebih dari sebelumnya. Oleh karena inilah partai penguasa Israel harus mengambil satu langkah besar untuk keluar dari kekangan ini, khususnya ketika Pemilu semakin dekat untuk terus menjaga mahkota kekuasaannya.

 

PM Benjamin Netanyahu harus bertindak menghadapi krisis dan mengubahnya menjadi sebuah kesempatan. Langkah yang harus diperhitungkan secara seksama sehingga mampu menyelamatkan rezim. Di bawah ini adalah prediksi para analis yang mungkin dilakukan oleh rezim Zionis:

 

A: Perang di Libanon

Gerak terakhir para petinggi Zionis baru-baru ini adalah membuka kran isu perang dengan Hizbullah. PM Benjamin Netanyahu sendiri bukan pihak pertama yang membuka indikasi ini, PM lebih fokus pada strategi tekanan ekonomi Mukawamah Kawasan. Namun para menteri lebih condong pada pengembangan isu perang dengan Mukawamah Libanon.

 

Para analis yakin bahwa kendati mereka sadar akan dampak buruk perang. Namun melihat situasi terkini untuk keluar dari krisis, kemungkinan perang terbuka lebar.

 

Petinggi rezim Zionis sadar bahwa perang ini sangat berbahaya bagi kelanggengan Yahudi di Palestina. Kekhawatiran inilah yang membuat mereka tak kunjung bergerak. Jika mereka ingin, mereka dapat memanggil langsung sekutu AS-nya dan memulai perang dengan berbagai alasan. Tapi mereka terlalu khawatir.

 

Skenario ‘perisai utara’ adalah taktik untuk mencoba kemungkinan perang ini. Memang benar skenario ini memiliki rasa propaganda dalam negeri, yaitu lewat skenario ini PM Benjamin Netanyahu juga ingin menyelamatkan mukanya di depan penduduk Yahudi beserta meningkatkan psikologi militer. Tapi kasus terowongan Hizbullah adalah kelinci percobaan.

 

Klaim terowongan Hizbullah terus bergulir kendati banyak keraguan. Tetapi mereka terus bergerak, khususnya di daerah-daerah strategis yang kemungkinan dijadikan jalur oleh Hizbullah. Israel sedang menjalankan strategi tingkat menengah, bukan perang besar, bukan pula terbatas dan kecil.

 

B: Terus Menekan Negara Arab untuk Merealisasikan Proyek Normalisasi

Sebelum krisis jalur Gaza dan kasus Jamal Khashoggi, PM Benjamin Netanyahu berhasil menarik perhatian penduduk Yahudi lebih dari sebelumnya.

 

Tiba-tiba PM Benjamin Netanyahu mengunjungi Oman. Beberapa Menteri Kabinet PM juga mengadakan kunjungan ke Emirat dan Bahrain dengan alasan ekonomi dan olahraga. Strategi ini berhenti ketika Zionis meningkatkan serangannya di jalur Gaza. Negara-negara Arab tidak lagi melihat potensi realisasi proyek normalisasi dengan Israel.

 

“PM Netanyahu tidak menghadapi krisis, PM malah berlindung dibalik proyek normalisasi Israel-Arab. Klaim PM Benjamin Netanyahu dalam hal ini hanya untuk menipu masyarakat Yahudi”, tulis Atwan dalam makalahnya.

 

Berdasarkan laporan media-media bahasa Ibrani, PM Benjamin Netanyahu telah membangun sebuah strategi jitu untuk normalisasi Arab-Israel. Sebentar lagi, PM akan mengumumkan hubungan Saudi-Israel ke khalayak umum.

 

Surat kabar The Times of Israel berkenaan hal ini menjelaskan, “PM Benjamin Netanyahu berupaya meresmikan hubungan Israel-Saudi. PM berharap hal ini terealisasi atas bantuan Washington sebelum Pemilu depan”.

 

C: Teror Petinggi Mukawamah

Kendati teror petinggi Mukawamah terus tertulis di buku agenda Israel. Situasi terkini mendesak PM Benjamin Netanyahu untuk meningkatkan aktifitas terornya demi menutup Pemilu darurat Israel.

 

Beberapa analis Israel yakin bahwa operasi teror petinggi Mukawamah Hizbullah atau Suriah akan mengeluarkan rezim Zionis dari krisis.

 

Alhasil…

Situasi dan kondisi saat ini dalam kacamata rezim Zionis seperti menunggu kelahiran anak ajaib penyelamat Israel dari pengaruh Mukawamah di berbagai sendi. Situasi serta perkembangan pengaruh Negara pusat Mukawamah seperti Irak, Libanon, Yaman dan Palestina adalah bukti klaim ini. Situasi Kawasan mendesak Israel untuk bertindak. Kemungkinan dilengserkannya Bin Salman, peningkatan kekuatan Ansharullah Yaman dan kekalahan partai penguasa Zionis dalam Pemilu mendatang terbuka lebar.

 

Perang politik di dalam Palestina, Irak, Libanon serta Suriah akan semakin sengit karena Mukawamah. Sebuah fakta yang tidak bisa diterima oleh rezim Zionis.




Users Comments

Videos

Qods News Agency


©2017 Kantor Berita Qods. All Rights Reserved