qodsna.ir qodsna.ir

Kongres Nasional 2000 Syahid Provinsi Khorasan Selatan; Kelanjutan Nilai-nilai Pertahan Suci

Kongres Nasional 2.000 Syahid Provinsi Khorasan Selatan diselenggarakan pada hari Selasa (11/12) dengan dihadiri Komandan Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC).

Kantor Berita Qods (Qodsna) - Mayjen Mohammad Ali Jafari, Komandan Korps Garda Revolusi Islam Iran, dalam pidatonya di kongresi yang diselenggarakan di kota Birjand, ibukota Khorasan Selatan (timur Iran) ini menyinggung upaya musuh untuk menciptakan ketidakamanan di Iran seraya mengatakan, "Para musuh akan membawa harapan untuk mengalahkan Republik Islam Iran hingga ke liang kubur.

 

Komandan Korps Pengawal Revolusi Islam menambahkan, "Musuh mencoba untuk membuat rakyat Iran lelah dan memaksa Republik Islam untuk menyerah, tapi usaha itu tidak berhasil berkat keteguhan bangsa Iran." Bersamaan dengan penyelenggaraan kongres besar ini, dipublikasikan juga ucapan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran di pembukaan kongres saat melakukan pertemuan dengan pihak penyelenggara kongres besar ini pada 5 November lalu.

 

Pemimpin Besar Revolusi Islam, dalam penyampaiannya menekankan perlunya menyelenggarakan peringatan-peringatan untuk menghormati para syahid dan merekam memori dan penjelasan sikap mereka seraya mengatakan, "Para syahid yang terkasih ketika hidup memasuki medan pertahanan dengan jiwanya dan hari ini mereka membela negara dan Islam dengan identitas dan spiritualitas mereka. Dengan demikian, Pertahanan Suci tidak akan pernah berakhir dan satu hakikat yang terus maju."

 

Sejarah Revolusi Islam penuh dengan nilai-nilai spiritual dan gerakan jihad. Di antara nilai-nilai ini adalah fenomena abadi seperti syahadah dan pengorbanan, sebuah bab tak berujung yang telah tumbuh dengan kemenangan Revolusi Islam dan perkembangannya masih terus berlanjut.

 

Michael Fisher, peneliti dan akademisi di bagian dari bukunya dengan judul "Iran dari Agama ke Revolusi" menulis, "Dengan kemenangan Revolusi Islam, transformasi yang terjadi pada rakyat dengan mediator budaya revolusioner agamis yang mengarah pada formasi kemenangan revolusi."

 

Transformasi ini terus berevolusi selama empat puluh tahun terakhir dan memberikan pelajaran bagi generasi mendatang. Dalam proses ini, para "syhaid" memiliki tempat khusus, sampai pada titik dimana Imam Khomeini ra menggambarkan mereka sebagai lilin dari lingkaran umat manusia. Peringatan para syahid masa Perang Pertahanan Suci pada kenyataannya merupakan pelestarian nilai-nilai yang masih berlangsung.

 

Oleh karena itu, komandan Korps Garda Revolusi Islam menekankan bahwa perlawanan terhadap sistem yang mendominasi dunia dan arogansi global telah meluas di dunia dan regional seraya menjelaskan, "Darah para syahid adalah kelangsungan hidup sistem dan pengembangan jalan perlawanan di kawasan dan dunia."

 

Kekuatan arogan dan mendominasi dengan semua fasilitas dan kemampuan mereka mengejar tujuan dan kepentingan tidak sah mereka dan dengan membentuk aliansi regional, mereka memiliki kekuatan untuk menggulingkan Republik Islam Iran, tetapi mereka tidak akan pernah mencapai tujuan mereka. Satu-satunya alasan untuk kegagalan musuh adalah kelanjutan dari semangat kesyahidan dalam membela kebenaran.

 

 

Republik Islam Iran telah bekerja keras dalam membela negara-negara yang tertindas di semua tahun keberadaannya dan untuk menjaga keamanannya di kawasan. Dalam hal ini, perang melawan terorisme dan perlawanan terhadap Zionisme dan arogansi dunia merupakan kebanggaan Republik Islam Iran. Memotong tangan para teroris dari kawasan merupakan hasil dari upaya ini. Tidak diragukan lagi bahwa keberlangsungan nilai-nilai ini dan keberhasilan upaya-upaya ini adalah dikarenakan darah para syahid dan pengorbanan. Sebagaimana para Modafe-e Haram yang berada di garis terdepan menghadapi Daesh di Suriah dan menunjukkan bahwa kebangkitan revolusioner ini juga menandai kelanjutan dari nilai-nilai abadi seperti kesyahidan.