Friday 29 March 2024 
qodsna.ir qodsna.ir

Apakah Demokrat
Kembali Kuasai AS?

Oleh: Beritadunia

Kali ini pemilihan umum tengah periode Kongres AS akan berlangsung penuh keributan. Donald Trump, Presiden AS, mendukung penuh semua calon partai Republik bahkan menganggap Pemilu ini sebagai referendum atas kinerjanya selama ini. Namun beberapa survei menunjukkan bahwa partai lawan, Demokrat, berada di situasi lebih baik.

 

“Jika kalian ingin mendukung penjahat asing, pilihlah Demokrat. Jika kalian ingin melindungi rakyat AS yang taat hukum, pilihlah Republik. Pilihlah Republik”, ini adalah salah satu dari 10 pesan Donald Trump di media sosial menyerang Demokrat. Dan sepertinya warga AS tidak menggubrisnya.

 

Kini adalah saatnya untuk mengetahui apakah warga AS mendengar pesan Donald Trump, Presiden AS atau tidak. Hingga saat ini belum dapat diprediksi hasil akhir pemilu tengah periode ini. Akan tetapi beberapa jam sebelum dimulai, survei menandakan situasi lebih baik dihadapi partai lawan, Demokrat.

 

Dengan tegas, Donald Trump beserta kawanannya menyatakan bahwa Pemilu Kongres ini adalah sebuah referendum atas kinerja Donald Trump. Sebagai contoh, dalam kampanye di Mississippi Donald Trump menjelaskan, “Nama saya tidak ada dalam kertas pemilihan. Di sisi lain, nama saya tertulis di sana. Karena ini adalah referendum bagi saya. Saya tegaskan kepada kalian, pilihlah saya, sebagaimana nama saya tertulis di atas kertas pemilihan”.

 

Secara resmi nama Donald Trump tidak tertulis di kertas Pemilu, akan tetapi para analis menyoroti bagaimana rakyat melihat pemimpin tak biasa dan dua wajah ini. Biarpun untuk pendukung Donald Trump tanda-tanda awal Pemilu membuat dingin mereka. Fox News, media kesukaan Trump, mengklaim bahwa Demokrat punya harapan besar pada Pemilu kali ini.

 

Sebenarnya Pemilu sudah berjalan kemaren (6/11), namun di beberapa Negara bagian telah berlangsung sebelumnya. Kira-kira 34 juta warga telah memberikan suaranya. Dibanding dengan suara tahun 2014, jumlah kini melonjak hingga 50%. Hal ini diprediksi akan berakhir bagus untuk Demokrat. Demokrat berharap jumlah meyoritas tersebut dapat membantu mereka di Kongres dan Senat. Surat kabar The Hill melaporkan, jumlah terbesar dari pengikut serta adalah para pemuda, minoritas serta pihak-pihak yang biasanya tidak meramaikan Pemilu.

 

Michael McDonald, Dosen politik universitas Florida, menjelaskan, “Pemilih tahap pertama lebih banyak dari Pemilu 2014. Jumlah banyak ini berarti bahwa ketika semua suara dihitung, jumlah pemilih dalam Pemilu Kongres sama besarnya dengan jumlah pemilih di Pemilu Presiden”.

 

Menurut sejarah, semakin besar pemilih, kemungkinan menang Demokrat lebih banyak.

 

Survei menunjukkan bahwa meskipun Donald Trump, Presiden AS, menyerang Demokrat bertubi-tubi, Demokrat tetap berada dalam situasi lebih baik.

 

Tentang Pemilu ini, CNN melansir sebuah servei baru. Survei tersebut menunjukkan bahwa Demokrat lebih tinggi dari lawannya, Republik. 55% pemilih Demokrat, sedangkan Republik hanya berjumlah 42%.

 

Sebagian menilai bahwa dalam Pemilu kali akan ada ombak biru. Yaitu Demokrat akan berubah menjadi mayoritas dalam Dewan. Banyak survei menunjukkan bahwa Demokrat akan mengambil 33 kursi dengan mudah. Hal itu akan membantu mereka menjadi terbanyak dan pengontrol Dewan.

 

Adapun Donald Trump dan Republik di Senat maupun di Dewan masih terus berharap. Akan tetapi survei menunjukkan bahwa Trump salah spekulasi dalam meneropong kontrol Republik di Dewan.

 

Salah satu site politik melihat bahwa kesempatan Demokrat untuk menguasai Dewan dalam kisaran 87,5%.

 

Site Cook Political Report juga memprediksi pandangan seperti di atas. “Republik sulit untuk mempertahankan mayoritas”, jelasnya.

 

Site Sabato’s Crystal Ball, Virginia, memprediksi bahwa Demokrat akan mendapatkan 23 kursi dengan mudah.




Related Contents

Jerusalem Post: Dekat Pemilu Israel-Turki Biasanya Tegang

Jerusalem Post: Dekat Pemilu Israel-Turki Biasanya Tegang

Salah satu surat kabar rezim Zionis Israel menyebut adu mulut Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang terjadi dalam beberapa hari terakhir sengaja dilakukan untuk kepentingan pemilu kedua pihak.

|

Elit Politik AS Desak Khalid bin Salman Mengundurkan Diri

Elit Politik AS Desak Khalid bin Salman Mengundurkan Diri

Mantan duta besar AS di Riyadh seraya mengkritik pendekatan Gedung Putih terkait pembunuhan Jamal Khashoggi, wartawan dan kritikus Arab Saudi mengtakan, Khalid bin Salman, dubes Saudi di Washington harus mengundurkan diri dari posisinya.

|

Kebingungan AS Soal Penarikan Pasukan dari Suriah

Kebingungan AS Soal Penarikan Pasukan dari Suriah

Sekalipun Donald Trump Presiden Ameriia Serikat telah mengumumkan tentang penarikan pasukan AS dari Suriah pada 19 Desember 2018, tapi pernyataan dan sikap kontroversial para pejabat AS menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki pemahaman yang jelas tentang masalah ini dan bahkan bagaimana hal itu diwujudkan.

|

Users Comments

Videos

Qods News Agency


©2017 Kantor Berita Qods. All Rights Reserved