Thursday 28 March 2024 
qodsna.ir qodsna.ir

Mengapa Al-Hariri Gagal Bentuk Kabinet Baru Lebanon?

Perdana Menteri Lebanon, Saad Al-Hariri hingga kini belum berhasil membentuk kabinet baru, meski sudah berlalu lima bulan dari penyelenggaraan pemilu legislatif.

Kantor Berita Qods (Qodsna) - Pemilu parlemen Lebanon telah digelar pada 6 Mei 2018 lalu. Sesuai konsensus yang saat ini menjadi undang-undang Lebanon, perdana menteri Lebanon harus dipilih dari kalangan Ahlu Sunnah negara ini. Oleh karena itu, Presiden Lebanon, Michel Aoun memilih Saad Al Hariri yang memimpin partai Al Mustaqbal untuk memimpin kabinet. Sebab partai ini merupakan faksi politik terbesar dukungannya dari kubu Sunni Lebanon.

 

Tapi setelah lima bulan berlalu sejak digelar pemilu legislatif Lebanon, Saad Al Hariri belum berhasil membentuk kabinet baru. Walaupun ia berjanji akan membentuk kabinet baru dalam waktu 10 hari mendatang, tapi banyak pihak yang meragukannya. Masalah ini menjadi sorotan para pengamat Timur Tengah yang menilai sejumlah faktor menjadi penyebabnya.

 

Pertama, faktor paling utama mengenai kue yang diminta partai politik di posisi kementerian. Misalnya koran Lebanon, Al Bana melaporkan Pemimpin Partai Al-Quwah Al-Lubnaniya, Samir Gea Gea meminta jatah lebih besar dari sebelumnya, karena perwakilannya di parlemen meraih 15 dari 64 kursi. Sebelumnya mereka memiliki tiga menteri di kabinet, dan kini meminta tambahan lebih dari itu.

 

Faktor kedua, Hariri kurang mangakomodir kepentingan kelompok Sunni independen yang berbeda dari kelompoknya di kabinet baru. Ketua Partai Al-Itihad, Abdul Rahman Murad mengatakan, Al-Hariri di satu sisi menyerukan pembentukan kabinet baru hasil pemilu yang menyatakan dari 55 persen suara kubu Sunni, sebanyak 45 persen dipegang Al-Mustaqbal, sedangkan sisanya oleh Sunni independen. Tapi di sisi lain, Al Hariri menentang peran aktif kelompok independen Sunni di kabinetnya.

 

Tantangan lain mengenai pembentukan kabinet baru Lebanon berkaitan dengan intervensi Arab Saudi. Saad Al Hariri  memandang masuknya kepentingan Riyadh di pemerintahan baru Lebanon sebagai salah satu tugasnya.

 

Anggota parlemen Lebanon, Paula Jacobian dalam statemennya baru-baru ini menyinggung sepak terjang Putera Mahkota Arab Saudi, Mohammad bin Salman pada November 2017, dengan mengatakan bahwa Arab Saudi telah menghina Al Hariri, dan dia ditahan di sana. Tapi ironisnya tetap saja Saad Hariri mengedepankan kepentingan pribadi dan kelompoknya dengan mengadopsi kepentingan Riyadh.

 

Sebelumnya, kelompok politik Lebanon menyinggung normalisasi hubungan negaranya dengan Suriah. Tapi Saad Al Hariri mengancam tidak akan membentuk kabinet baru jika ada pihak-pihak yang masih menekankan masalah dimulainya normalisasi hubungan dengan Damaskus. Sontak, statemen Hairiri tersebut memicu reaksi keras dari Sekjen Hizbullah Lebanon. Hassan Nasrullah mengatakan, "Saya menghimbau para pemimpin yang masih menentang normalisasi hubungan dengan dengan Suriah, supaya tidak memaksakan keyakinannya kepada orang lain,".




Related Contents

Jerusalem Post: Dekat Pemilu Israel-Turki Biasanya Tegang

Jerusalem Post: Dekat Pemilu Israel-Turki Biasanya Tegang

Salah satu surat kabar rezim Zionis Israel menyebut adu mulut Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang terjadi dalam beberapa hari terakhir sengaja dilakukan untuk kepentingan pemilu kedua pihak.

|

Lebanon: Terorisme Takfiri dan Israel Tidak Berbeda

Lebanon: Terorisme Takfiri dan Israel Tidak Berbeda

Kepala keamanan publik Lebanon seraya menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan antara terorisme Takfiri dan Israel menambahkan, terorisme Israel juga seperti terorisme yang lain tengah mengalami kehancuran.

|

Users Comments

Videos

Qods News Agency


©2017 Kantor Berita Qods. All Rights Reserved