Friday 29 March 2024 
qodsna.ir qodsna.ir

Saudi Menuju
Kehancuran

Oleh: Qodsna

Saudi akan terpukul (karena menyerang Yaman). Mereka akan jatuh tersungkur,” inilah satu prediksi Pemimpin tertinggi Iran yang sangat penting untuk dianalisa. Melihat struktur kerajaan dan peristiwa Timteng, Saudi memiliki masa depan yang suram.

 

Logika Terciptanya Kerajaan Saudi

Sistem pemerintahan Saudi bukanlah lanjutan dari pemerintahan Islam 14 abad yang lalu. Saudi adalah model baru lanjutan dari pemerintahan Umawi untuk menjamin kepentingan Barat.

 

Menelaah terciptanya sistem pemerintahan Saudi hanya membuktikan bahwa minyak dan kegunaannya adalah alasan utama terbentuknya Saudi. Keadilan dan tujuan Islami lainnya bukanlah perkara utama dalam sistem pemerintahan Saudi. Saudi hanyalah sekelompok kecil (keluarga Saud) dukungan Barat yang bertugas untuk membagi harta sumber daya alam di antara mereka serta menjamin jalur energi hanya untuk memudahkan roda perkembangan ekonomi Barat.

 

Janganlah heran ketika mendengar ada 7 ribu anggota keluarga kerajaan Saud, yang tersebar ke seluruh penjuru Arab Saudi, sedang memerintah 26 juta lebih penduduk. Selain memegang penuh masalah sensitif Negara, mereka juga menguasai hasil minyak, gas dan lainnya tanpa kehadiran instansi dan pengawasan rakyat. Mereka tidak menjual minyak hingga kaya raya, mereka hanya mengambil upah dari Barat sebagai perwakilan dan menjamin putaran energi demi kepentingan Barat. Di sisi lain, mereka menyiapkan liputan Islam phobia melalui wajah Wahabi serta keekstremannya dan membangun tembok penghalang agar wajah Islam sejati tidak terkuak. Tugas kedua ini, di mata Barat, lebih utama dari tugas pertama.

 

Nirpengawasan instansi HAM Barat adalah pahala kinerja Saudi. Terakhir dilaporkan bahwa harta keluarga Saudi mencapai 1 trilyun dolar. Berdasarkan data yang disebar Wikileaks, salah satu Pangeran Saudi kepada duta AS di Saudi menyatakan, “Pendapatan 1 juta barel minyak dibagi ke rek. 5-6 Pangeran Saudi setiap harinya”. Berdasarkan data tersebut, pendapatan keluarga Raja Abdul Aziz (pendiri Arab Saudi) perbulannya mencapai 270 ribu dolar dari pendapatan Negara. Selain itu, memberikan putri kepada Pangeran-pangeran Saud sebagai hadiah sudah menjadi kebiasaan mereka. Wikileaks juga melaporkan bahwa kepemilikan dan penjualan tanah dan SDA lainnya tidak diatur dalam undang-undang.

 

Struktur pemerintahan Saudi terbentuk di pertengahan abad 18 m. Abdul Aziz bin Abdurrahman bin Faishal menjadi Raja kala itu dan hingga saat ini masih berkuasa di beberapa titik Peninsula Saudi. Dinasti berkuasa sejak tahun 1932. Nama keluarga menjadi nama Negara. Dewan Musyawarah Ulama Agung memiliki kuasa untuk memandat dan menurunkan raja. Mereka memiliki jadwal pertemuan seminggu sekali dengan raja. Dalam beberapa urusan Pemerintah, raja bisa bermusyawarah dengan mufti-mufti Wahabi. Mayoritas pembesar Saudi berhubungan erat dengan keluarga al-Sheikh (keturunan Muhammad bin Abdul Wahhab, pendiri Wahabi). Keluarga al-Sheikh sangat dekat dengan keluarga kerajaan.

 

Saat ini ada tiga penguasa besar di Saudi. Mereka bersaing merebut tampuk kekuasaan. Penguasa pertama keluarga Fahd. Sepuluh tahun terakhir mereka menjadi kelompok mayoritas di keluarga Saud. Terdiri dari Nayef bin Abdulaziz, Sultan bin Abdulaziz, Salman bin Abdulaziz dan lainnya, semuanya berasal dari satu ibu. Kelompok kedua adalah Raja Abdullah dari keluarga raja Saudi, namun dari ibu lain. Khaled bin Faishal adalah contoh dari keluarga Raja Abdullah. Dan kelompok ketiga keturunan Faishal. Khaled bin Faishal dan Turki Faishal dari kelompok ini. Penunjukan  Salman telah meniup terompet perang kekuasaan. Raja Salman melakukan reformasi kekuasaan di tengah-tengah keluarga Saud.

 

Pertama Raja Salman menyingkirkan Pangeran Muqrin dari kursi Putra Mahkota lalu menunjuk Muhammad bin Nayef sebagai Putra Mahkota. Salman mengklaim bahwa Muqrin sendiri yang mundur dari kedudukan tersebut.

 

Dalam kebijakan lainnya, Raja Salman menunjuk Mohammad bin Salman, Menhan Saudi, sebagai Putra Mahkota sehingga prediksi kudeta dalam keluarga kerajaan berdengung keras.

 

“Saud al-Faishal mengundurkan diri dari Menlu Saudi. Adel al-Jubeir akan menggantikannya”, titah Raja Salman kala itu. Tak hanya disini, sang Raja juga melakukan banyak perubahan, seperti Khaled bin Abdulaziz yang dijadikan Menkes dan lainnya.

 

Riyadh diam melihat perubahan besar ini, namun prediksi perubahan kiblat kekuasaan dan naiknya Mohammad bin Salman telah nyaring terdengar.

 

Jelas bahwa perang kekuasaan telah dimulai dan perang Yaman adalah salah satu proyek untuk menyeret mata dunia ke lain hal, demi merahasiakan perang dalam tubuh keluarga kerajaan dan kudeta dalam keluarga Saud.

 

Jumlah penduduk Saudi mencapai 26 juta lebih. 60% mereka bermazhab Hanbali dan kira-kira 4 juta orang bermazhab Syiah. Karena minoritas mereka ada dipinggiran daerah namun strategis dan kaya minyak seperti Qathif, Ihsa dan lainnya.

 

Tak dapat dipungkiri lagi bahwa Saudi berada di balik gerakan ekstrem takfiri. Bahkan Barat juga mengakui hal ini. Takfiri adalah proyek Saudi dan Barat untuk menciptakan arus Islam phobia di dunia dengan memakaikan baju logis dan emosional. Sebagai contoh “Persatuan Sahabat Suriah” yang dipersenjatai sedari tahun 2011 untuk perangi Pemerintah Suriah.

 

Website Shaampers telah menyebarkan sebuah peta strategi untuk menghancurkan Suriah pada tahun 2012 lalu. Peta strategi tersebut adalah hasil kolaborasi Bandar bin Sultan dan Jeffrey Feltman. Kala itu, Bandar bin Sultan adalah Ketua intelijen Saudi sedangkan Jeffrey adalah duta AS di London. Bin Sultan tidak menjabat lagi sejak 2014 sedangkan Jeffrey menjadi wakil Ban Ki Moon, Kepala PBB, saat ini. Peta strategi tersebut dibuat untuk tahun 2008 dan anggaran yang dicanangkan mencapai 2 milyar dolar. Peta strategi tersebut menyebutkan bahwa rakyat Suriah harus digerakkan dengan menyalahgunakan kesenjangan sosial, isu kebebasan politik dan ekonomi. Sebagaimana yang telah mereka petakan di Libya.

 

Barat mengingkari peta strategi itu dan menyebutnya sebagai teori propaganda. Tapi Stratfor mengklaim bahwa itu adalah strategi nyata. Berdasarkan peta strategi tersebut, mereka merencanakan untuk membangun jaringan di desa, kota dan daerah lainnya beserta suntikan dana. Jaringan tersebut terdiri dari:

 

Pemuda berpendidikan dan pengangguran.

Penjahat bahkan warga asing.

Mereka juga berencana untuk membangun jaringan media dukungan Barat dengan mengikutsertakan para pedagang dan borjuis Damaskus, Homs dan Aleppo.

 

Yang jelas protes tidak hanya di ranah politik. Sejak januari 2012, Qatar, Yordania beserta Arab Saudi telah mengirim senjata ke Suriah melalui Turki yang jatuh ke tangan kelompok ekstrem Jabha al-Nushra dan lainnya. Di awal oktober 2014, Wakil Presiden AS, dalam pidatonya di universitas Harvard mengakui bahwa sekutu kita adalah masalah terbesar kita. Harus diakui bahwa yang disebut sekutu adalah Turki, Saudi dan Qatar karena mereka adalah pihak yang benar-benar ingin menjatuhkan Basar Assad dan menciptakan perang saudara Sunni-Syiah. Mereka telah mengirim ratusan juta dolar dan ribuan ton senjata ke siapapun yang ingin perangi Asad, bahkan al-Qaeda dan ISIS-pun mereka dukung.

 

Sekarang ombak ekstremisme ini diluar kuasa mereka bahkan mereka membahayakan kepentingan Barat. Barat yang notabene memiliki peran kunci, sekarang sedang mencari kambing hitam untuk disalahkan atas proyek ini.

 

Hal ini hanyalah satu duri yang menyebabkan langkah Saudi tersandung hingga krisis. Meskipun banyak protes, Barat tentu ingin menguasai kelompok-kelompok ini, tapi perubahan tidak dapat dipungkiri. Apakah perubahan-perubahan ini akan menghancurkan Saudi? Para analis tidak dapat tutup mata dari hal ini.




Related Contents

Pompeo Tiba di Riyadh

Pompeo Tiba di Riyadh

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompoe dalam safarinya ke negara-negara Asia Barat dilaporkan tiba di Riyadh, Arab Saudi.

|

Users Comments

Videos

Qods News Agency


©2017 Kantor Berita Qods. All Rights Reserved