Mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry pada hari Ahad (9/9/2018) kembali mengkritik pendekatan Presiden Donald Trump terhadap Republik Islam Iran.
Kerry dalam wawancara dengan televisi CNN, memperingatkan konsekuensi dari kelanjutan pendekatan Gedung Putih ini.
Menurutnya, kebijakan pemerintahan Trump terhadap Iran dan kesepakatan nuklir "berbahaya." Trump menunjukkan bahwa kebenaran ada bersama orang-orang yang berkata AS tidak dapat dipercaya.
Kerry yang bertanggung jawab dalam perundingan dengan Iran untuk mencapai kesepakatan nuklir, mengkritik keputusan Trump keluar dari kesepakatan internasional ini.
"Tindakan Washington ini tidak didasarkan pada strategi komprehensif mana pun," tegasnya.
Pada Mei lalu, Trump memutuskan keluar dari kesepakatan nuklir dan mengembalikan sanks-sanksi nuklir terhadap Iran.
Aksi sepihak ini mendapat kecaman dari dalam Amerika dan dunia internasional. Inggris, Perancis, Jerman, Rusia, dan Cina serta Uni Eropa memutuskan untuk mempertahankan kesepakatan tersebut.
Kepala Dewan Eksekutif Hizbullah, Sayyed Hashem Safieddine menekankan bahwa meskipun disanksi AS, Poros Mukawamah Lebanon dan sekutu-skutunya dalam tahun 2019 adalah lebih kuat dari sebelum-belumnya, menambahkan bahwa ini pasti mengganggu musuh.
Mantan duta besar AS di Riyadh seraya mengkritik pendekatan Gedung Putih terkait pembunuhan Jamal Khashoggi, wartawan dan kritikus Arab Saudi mengtakan, Khalid bin Salman, dubes Saudi di Washington harus mengundurkan diri dari posisinya.
Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran, Mohammad Javad Zarif Jumat malam (11/1) saat merespon program Amerika menggelar forum anti Iran di Warsawa, Polandia dalam tweetnya menulis, mereka yang berpartisipasi di sandiwara terbaru anti Iran, mereka itu mati atau tidak memiliki kehormatan ataupun telah terkucil.
Bertepatan dengan hari peringatan invasi militer Uni Soviet yang ke 39 di Afganistan, kepada Amerika Serikat, Taliban menyatakan, “Militer AS kesulitan. Mereka harus banyak belajar dari musuh perang dinginnya”.
social pages
instagram telegram twiter RSS