Friday 19 April 2024 
qodsna.ir qodsna.ir

Sikap Rusia Soal Kehadiran Iran di Suriah

Pasca pecahnya kekacauan dan perang saudara di Suriah, Amerika Serikat dan sekutunya memainkan peran aktif dalam mendukung kelompok-kelompok teroris untuk menggulingkan pemerintahan yang sah di negara itu.

AS dan sekutunya kemudian membentuk koalisi internasional dengan alasan memerangi salah satu dari kelompok tersebut yaitu; kelompok teroris Daesh.

 

Koalisi itu telah melakukan banyak serangan terhadap warga sipil Suriah. Serangan terbaru mereka terhadap dua distrik di pinggiran Abu Kamal menewaskan dan melukai sejumlah besar warga sipil Suriah.

 

Dampak tragis kehadiran militer Amerika di Suriah telah mengundang kritik dari Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov.

 

"Kebanyakan analis percaya bahwa kepentingan AS terletak pada mempertahankan kekacauan di Timur Tengah sehingga mereka dapat memancing di air keruh. Hal ini akan tampak jelas jika fakta-fakta yang ada diselidiki," ujar Lavrov.

 

Dalam pandangan menlu Rusia, AS ingin melaksanakan sebuah skenario di Suriah sama seperti yang mereka lakukan sebelumnya di Irak dan Libya, di mana menyebabkan penderitaan dan eksodus jutaan orang.

 

AS berusaha mengesankan bahwa dukungan Rusia untuk Presiden Bashar al Assad sebagai dukungan kepada diktator, akan tetapi Moskow memiliki pandangan yang berbeda dalam hal ini.

 

Lavrov menjelaskan bahwa Moskow tidak akan menjustifikasi tindakan para diktator. Kami mendukung Assad untuk mencegah terulangnya skenario Irak dan Libya di Suriah.

 

Pada dasarnya, intervensi militer AS dan sekutunya – baik di bawah bendera NATO maupun koalisi Barat-Arab – di Irak dan Libya dan sekarang di Suriah telah membuat rakyat di negara tersebut menderita.

 

Saat ini AS dengan menempatkan pasukannya di utara Suriah dan juga di wilayah perbatasan negara itu dengan Irak – dengan alasan mendukung kelompok Kurdi Suriah dan memerangi Daesh – secara praktis telah menjadi penghalang utama bagi pemerintah Damaskus untuk menegakkan kedaulatannya di semua wilayah teritorialnya. Kehadiran pasukan AS di Suriah dilakukan tanpa otorisasi dari PBB dan juga permintaan Damaskus.

 

Menurut Moskow, pemerintah AS bahkan tidak mengeluarkan satu sen dolar pun untuk membantu rakyat Suriah dan tidak memiliki strategi yang jelas untuk negara tersebut.

 

Di samping itu, Presiden Donald Trump demi keamanan dan kepentingan rezim Zionis, mendesak penarikan penasihat militer Iran dari Suriah dan menjajaki masalah ini dengan pihak Rusia.

 

Ada laporan bahwa salah satu agenda pembicaraan Trump dan Putin di Helsinki pada 16 Juli besok adalah masalah Suriah dan status pasukan Iran di negara tersebut.

 

Namun, Moskow sudah sering menekankan pentingnya kehadiran militer Iran di Suriah. Dalam hal ini, Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu mengatakan Iran adalah pemain penting di kawasan dan memainkan peran kunci dalam stabilisasi situasi di Suriah.

 

"Iran bersama dengan Turki, secara historis menjadi salah satu aktor utama di kawasan dan memainkan peran kunci dalam stabilisasi situasi di Suriah," tegas Shoigu dalam wawancara dengan surat kabar Italia, Il Giornale.

 

AS dan Israel melakukan banyak upaya dan penjajakan politik untuk mengubah sikap Rusia terkait kehadiran Iran di Suriah, dan berharap Moskow akan mengikuti permintaan mereka.

 

Akan tetapi, pemerintah Rusia menginginkan berlanjutnya kehadiran militer Iran di Suriah dan di sisi lain, mereka percaya bahwa AS dan sekutunya melakukan tindakan ilegal di negara Arab itu. 




Users Comments

Videos

Qods News Agency


©2017 Kantor Berita Qods. All Rights Reserved