qodsna.ir qodsna.ir

Misi Kedutaan Besar Amerika Serikat di Luar Negeri

Sejarah mencatat bahwa Kedutaan Besar Amerika Serikat di negara-negara lain melayani misi spionase daripada menjalankan peran diplomatik. Fakta ini membuktikan peran destruktif AS di negara-negara lain.

Intervensi AS di negara lain fokus pada upaya melakukan kudeta, menyusun konspirasi, dan mendukung oposisi. Dengan fakta ini, Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompoe selama turnya ke Asia Barat masih menuduh kedutaan Iran melakukan campur tangan di negara lain.

 

Tudingan ini sejalan dengan proyek Iranphobia dan menunjukkan bahwa Washington bersama sekutunya berusaha merusak peran Tehran di wilayah Asia Barat.

 

Misi khusus keduataan AS di negara lain sama persis seperti yang disebutkan oleh Bahram Qasemi, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran. Dia mengatakan, "Pompeo terus melontarkan tudingan tak berdasar terhadap Tehran, sementara banyak bukti berbicara tentang kegiatan spionase dan tindakan subversif kedutaan AS dengan menempatkan ratusan personil militer dan keamanan di balik misi diplomatik."

 

Catatan aktivitas kedutaan AS di negara lain termasuk, Iran, Irak, Lebanon, dan Venezuela memperlihatkan tentang peran destruktif mereka. Ketika Irak dan Lebanon sedang mempersiapkan pemilu parlemen pada Mei lalu, para dubes Amerika mulai meningkatkan petualangan mereka.

 

Menjelang pemilu parlemen Irak pada 12 Mei 2018, dubes AS di Baghdad justru melakukan pertemuan dengan berbagai kelompok politik Irak termasuk kubu Sunni untuk menyebarkan perselisihan.

 

Kedutaan AS di Baghdad adalah yang terbesar di dunia pada era Irak modern dan memainkan peran khusus dengan cara mencampuri urusan internal negara tersebut. Jadi, tidak heran jika warga Irak, partai-partai politik, dan para tokoh menganggap dubes AS di Baghdad bertindak menyalahi aturan.

 

Anggota parlemen Irak, Nahla al-Hababi percaya bahwa AS selama pemilu parlemen pada Mei lalu berusaha membangun kontak rahasia dengan para anggota komisi pemihan umum dan mengubah jalur pemerintahan mendatang. Tujuan ini dikejar melalui dubes mereka di Baghdad.

 

Ketua Gerakan Kebijaksanaan Nasional Irak, Ammar Hakim dalam pertemuan dengan Dubes AS di Baghad, Douglas Silliman baru-baru ini, mengatakan bahwa rakyat Irak memiliki kemampuan untuk mengatasi perbedaan dan menjaga stabilitas negara mereka.

 

Di Venezuela, kedutaan AS juga memainkan peran untuk mengobarkan kekacauan. Misi diplomatik AS terang-terangan melakukan kerjasama dengan kubu penentang Presiden Nicolas Maduro dan menjalankan kebijakan agresif Gedung Putih terhadap pemerintahan sosialis, yang anti-Amerika.

 

Dalam hal ini, Maduro mengatakan bahwa AS telah mengoperasikan kedutaannya di dunia untuk melakukan intervensi politik di Venezuela.

 

Puncak intervensi kedutaan AS di negara lain terjadi di Iran, yaitu dengan merancang kudeta untuk menggulingkan sebuah pemerintahan yang sah.

 

Pusat Dokumentasi Revolusi Islam menyatakan, "Dalam Kudeta 28 Mordad 1332 (1953), Kedutaan AS dan dubes mereka, Loy Henderson memainkan peran yang signifikan. Bahkan Kedutaan AS bertindak sebagai pusat pelaksanaan operasi kudeta."

 

AS – dengan rapor buruk seperti itu – tidak dalam posisi untuk mengambil sikap terhadap negara lain, dan klaim menlu AS adalah sebuah upaya untuk menyudutkan Iran dan peran positif negara ini di kawasan.

 

Dengan mempertimbangkan dua prinsip penting; hidup rukun dan menghormati kedaulatan pihak lain, Republik Islam mengejar kebijakan yang ramah dan bersahabat dengan negara-negara lain.