Friday 26 April 2024 
qodsna.ir qodsna.ir

Malaysia Berhenti Kerja Sama Militernya sama Arab Saudi

Menteri Pertahanan Malaysia, Mohamad Sabu menyatakan, negaranya akan menghentikan kerja sama militer dengan Arab Saudi di perang Yaman.

Seraya menekankan bahwa militer negara ini akan keluar dari koalisi Arab pimpinan Saudi di perang Yaman, Mohamad Sabu menambahkan, Malaysia untuk selanjutnya tidak akan terlibat di perang Yaman dan dalam waktu dekat akan menyusun jadwal penarikan pasukannya dari koalisi ini.

 

Dengan kemenangan koalisi Pakatan Harapan (PH) pimpinan Mahathir Mohamad, perdana menteri Malaysia, Arab Saudi mengalami kekalahan telak dari rakyat Malaysia.

 

Mantan perdana menteri Najib Tun Razak memiliki hubungan dekat dengan Arab Saudi, di mana ia bahkan dituding terlibat skandal korupsi di kerja sama dengan Riyadh.

 

Menurut pandangan elit politik di kawasan, keluarnya Malaysia dari koalisi Arab pimpinan Riyadh di perang Yaman sebagai sebuah kekalahan lain bagi pemimpin Arab Saudi.

 

Kasus ini dapat diperhatikan dari dua sisi, pertama koalisi pimpinan Saudi di perang Yaman sepenuhnya kalah dan perjuangan rakyat Yaman membuat Arab Saudi terjebak di kubangan rawa dan setiap hari pemimpin Saudi semakin tenggelam di rawa ini. Adapun kedua, dengan berkuasanya kembali Mahathir Mohamad, kebijakan Malaysia terkait transformasi dunia Islam juga berubah dan Kuala Lumpur mendukung kebangkitan dan perjuangan rakyat melawan penjajahan di Palestina dan Yaman.

 

Mengingat dukungan pemimpin Arab Saudi terhadap kelompok teroris Daesh dan langkah terbaru Pangeran Mohammad bin Salman yang memilih mendekati rezim Zionis Israel, sikap pemerintah Malaysia adalah anti kebijakan Al Saud dan ini termasuk kekalahan berat bagi mereka.

 

Attamimi, pengamat Arab mengatakan, "Meski Najib Tun Razak lengser, namun mengingat potensi mantan perdana menteri ini diadili, maka para pemimpin Arab khawatir akan terkena dampak dari kekalahan sekutu Malaysianya ini. Karena para pangeran Arab Saudi terlibat dalam pencurian baitul mal Malaysia dan korupsi besar-besaran Najib."

 

Dengan perubahan pemerintahan di Malaysia, Arab Saudi dan Wahabi telah kehilangan salah satu pangkalannya di Asia Tenggara. Hubungan baik antara pemerintah sebelumnya di Malaysia dengan pemimpin Saudi merupakan peluang bagus untuk meningkatkan pengaruh Wahabi di Malaysia yang telah diperingatkan oleh berbagai pemuka agama negara ini terkait dampaknya termasuk maraknya radikalisme di Malaysia.

 

Marina Mahathir, pengamat politik dan putri Mahathir Mohamad mengatakan, "Seiring dengan masuknya pengaruh Arab Saudi, pergerakan Malaysia ke arah radikalisme telah dimulai dan maraknya busana Arab dan model pakaiannya di negara ini mengindikasikan meluasnya radikalisme. Sejumlah pihak berusaha menerapkan undang-undang seperti Arab Saudi di Malaysia."

 

Bagaimana pun juga rakyat Malaysia, khususnya perempuan di negara ini cukup berpendidikan dan sepenuhnya menyadari tujuan Arab Saudi menyebarkan radikalisme dan di pemilu terbaru Malaysia, dengan memberikan suaranya kepada Pakatan Harapan, bukan saja mereka memberikan kekalahan telak kepada Najib Tun Razak, bahkan menunjukkan bahwa mereka tidak akan pernah mengijinkan Arab Saudi dan Wahabi memanfaatkan kekuatan finansialnya untuk mengubah Malaysia menjadi negara yang patuh kepada Riyadh.




Users Comments

Videos

Qods News Agency


©2017 Kantor Berita Qods. All Rights Reserved