Hamas & Fatah Kecam Kunjungan Anggota MUI ke Israel
Harokah al Muqowamah al Islamiyah (HAMAS) atau Gerakan Perlawanan Islam mengeluarkan kecaman keras terhadap kehadiran tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Yahya Cholil Staquf ke Israel.
Jakarta--Gerakan Hamas Palestina mengecam langkah anggota Dewan Pertimbangan Presiden Yahya Cholil Staquf yang menghadiri konferensi hubungan Yahudi-Amerika di Yerusalem, sebagai kejahatan terhadap Yerusalem, Palestina dan Muslim di dunia. Hamas menegaskan, kunjungan itu dilakukan di tengah penolakan masyarakat dan tidak adanya hubungan diplomatik Indonesia dengan Israel.
Gus Yahya, sapaan anggota Wantimpres ini, menjadi pembicara dalam acara American Jewish Committee (AJC) Global Forum di Yerusalem, Israel, Ahad (10/6/2018), yang dibuka oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
"Kami menghargai sikap bersejarah Indonesia yang mendukung hak-hak bangsa Palestina dan perjuangannya untuk kebebasan dan kemerdekaan, ujar Hamas dalam pernyataan resminya, Senin (11/6), dikutip Anadolu Agency.
Kunjungan, kata Hamas, merupakan bentuk dukungan besar dan pengakuan bagi rezim fasis. Hamas menilai kehadiran Gus Yahya itu akan memberikan pembenaran bagi Israel untuk melakukan kejahatan lebih lanjut terhadap rakyat dan tempat-tempat suci bangsa Palestina.
Menurut mereka kunjungan ini dapat membuka pintu bagi siapa saja yang ingin melakukan normalisasi dengan pendudukan Israel.
Hal senada juga disampaikan Gerakan Fatah. Fatah berpendapat jika cendekiawan Muslim Indonesia itu duduk bersama penjajah Israel sama dengan melawan rakyat Palestina.
"Partisipasi Yahya Staquf, sekretaris jenderal Organisasi Muslim Indonesia Nahdlatul Ulama, pada konferensi ini di Yerusalem yang diduduki adalah pengkhianatan terhadap agama, al-Aqsa dan kebangkitan, rakyat Palestina dan negara-negara Arab dan Islam," kata juru bicara Fatah Osama al-Qawasmi dalam sebuah pernyataan, dilaporkan Palestinow, Selasa (12/6).
Dia meminta pemerintah Indonesia dan pejabat pro-Palestina Indonesia dan rakyat Indonesia untuk meminta pertanggungjawaban mereka yang menjual diri mereka kepada 'setan' dan ingin menjadi instrumen di tangan Zionis dan Israel.
Sebelumnya Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Robikin Emhas menegaskan, tidak ada kerja sama antara NU dan Israel. Hal ini disampaikan menyusul undangan dari salah satu kampus di Israel untuk PBNU yang viral di media sosial.
"Tidak ada kerja sama NU dengan Israel. Sekali lagi ditegaskan, tidak ada jalinan kerja sama program atau kelembagaan antara NU dengan Israel," ujar Robikin, Sabtu lalu.
Perwakilan NU yang diundang Israel itu adalah Khatib Aam Syuriah PBNU, Yahya Cholil Staquf. Namun, menurutnya, kehadiran Gus Yahya ke Israel bukan kapasitas sebagai Khatib Aam PBNU, apalagi mewakili PBNU.
"Saya yakin kehadiran Gus Yahya tersebut untuk memberi dukungan dan menegaskan kepada dunia, khususnya Israel bahwa Palestina adalah negara merdeka. Bukan sebaliknya," ucapnya.
social pages
instagram telegram twiter RSS