Thursday 28 March 2024 
qodsna.ir qodsna.ir

70 Tahun Nakbah
Persekongkolan
tak Henti

Oleh: Pusat Info Palestina

Tahun ini, rakyat Palestina memperingati 70 tahun Nakbah (prahara Palestina) dalam keadaan politik dan ekonomi yang sangat sulit dan rumit. Kondisi ini mengancam pemberangusan isu pengungsi Palestina dan persoalan rakyat Palestina secara keseluruhan. Terutama soal pemotongan dana untuk Badan Bantuan dan Pemberdayaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), ditambah keinginan Washington untuk memindahkan kedutaannya ke al-Quds atau Yerusalem pada tanggal 15 bulan ini. Yang bertepatan dengan peringatan 70 tahun Nakbah Palestina (prahara pengusiran warga Palestina sejak tahun 1948).

 

Anggota Dewan Nasional Palestina, Taisir Abdullah, mengatakan bahwa peringatan Nakbah tahun ini dalam kondisi sangat rumit. Di mana ada rencana untuk mengimplementasikan kesepakatan The Deal Of Century dan pemindahan kedubes Amerika dari Tel Aviv ke al-Quds atau Yerusalem. Sehingga peringatan Nakbah tahun ini menjadi sebuah peristiwa yang menuntut adanya perenungan yang besar.

 

Para pengungsi Palestina menyadari betul bahwa di tengah-tengah peringatan 70 tahun prahara yang menimpa mereka, persekongkolan terhadap hak mereka belum berhenti, bahkan semakin bertambah serius. Hal ini menuntut upaya berlipat untuk menggagalkan rencana-rencana persekongkolan tersebut.

 

Pemberangusan Isu Palestina

Anggota Komite Nasional untuk Hak Kembali, Imad Ashtawi menilai bahwa persekongkolan dan konspirasi terhadap pengungsi Palestina pada peringatan 70 tahun Nabkah ini sudah sampai pada level tertinggi. Hal ini menuntut langkah segera dalam mengakhiri perpecahan Palestina dan menyatukan upaya institusi-institusi yang konsen pada hak-hak pengungsi Palestina, itu yang utama, selanjutnya semua organisasi dan kelompok Palestina guna menggagalkan semua rencana tersebut.

 

Para aktivis di kamp-kamp pengungsi Palestina mengungkap adanya rencana dari sejumlah pihak untuk merekrut relawan anak-anak di kamp-kamp pengungsi Palestina dengan slogan “pengumpulan senjata ilegal”, melarang aktivitas perlawanan, dan membunuh spirit kerja nasional, karena kamp-kamp pengungsi Palestina berada pada posisi terdepan dalam kerja nasional khususnya kamp pengungsi Balatah dan Jenin. Hal ini sejalan dengan perekrutan anak-anak kamp dan pelaksanaan rencana-rencana yang memuluskan proyek-proyek pemberangusan isu Palestina.

 

Dalam konteks ini, Direktur Umum Kamp Pengungsi di PLO, Yaser Abu Kisyk, mengatakan bahwa peringatan 70 tahun Nakbah terjadi di tengah-tengah kondisi kamp-kamp pengungsi dalam situasi yang sulit dengan area yang terbatas, jumlah populasi yang meningkat, bertambahnya kebutuhan, kurangnya sumber keuangan, pengurangan layanan UNRWA, ditambah meningkatnya persekongkolan politik dan kebijakan yang membuat lapar rakyat Palestina.

 

Pengeringan Sumber

Abu Kisyk menyatakan adanya rencana yang sedang dilaksanakan di lapangan untuk mengakhiri layanan UNRWA. Artinya, isu tersebut keluar dari konspirasi dan menjadi rencana yang sedang dilaksanakan dengan mengeringkan sumber-sumber keuangan UNRWA. Amerika Serikat tidak hanya menghentikan bantuan keuangannya kepada UNRWA, namun juga mulai menekan negara-negara lain untuk menghentikan pendanaan sampai UNRWA tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada para pengungsi Palestina.

 

Jumlah pengungsi Palestina di Tepi Barat lebih dari satu juta pengungsi, 250 ribu di antaranya hidup di kamp-kamp pengungsi. Di Gaza ada satu setengah juta pengungsi, 600 ribu di antaranya tinggal di kamp-kamp pengungsi. Di Yordania, ada lebih dari dua juta pengungsi Palestina, 600 ribu di antaranya tinggal di kamp-kamp pengungsi. Di Suriah ada 600 ribu pengungsi, sekitar 400.000 pengungsi berada di kamp-kamp pengungsi. Di Libanon, ada setengah juta pengungsi separohnya tinggal di kamp-kamp pengungsi.

 

Berkenaan dengan langkah Amerika Serikat memindahkan kedutaannya dari Tel Aviv ke al-Quds pada peringatan 70 tahun Nakbah Palestina, Kisyk memperingatkan bahwa Amerika Serikat memusuhi rakyat Palestina sejak awal. Sejak lama mereka berjuang untuk mengakhiri pelayanan UNRWA dan menyerahkan tanggung jawab pengungsi Palestina kepada Otoritas Palestina. Mereka berlaku sombong dan congkak dalam menghadapi rakyat Palestina, memanfaatkan kelemahannya sebagai bangsa yang berada di bawah pendudukan.

 

Di samping pengurangan dana UNRWA untuk mengakhiri pelayanannya kepada pengungsi Palestina, pemindahan kedubes merupakan cara untuk memberangus isu rakyat Palestina secara keseluruhan. Artinya, warga Palestina akan menjadi warga kelas dua dan bukan warga yang memiliki hak-hak, dan bisa diusir kapan saja. 




Users Comments

Videos

Qods News Agency


©2017 Kantor Berita Qods. All Rights Reserved